UN/UNAS 2008: 3 hari demi 3 tahun

UN telah usai:

UN di AssalaamUjian Nasional (UN/UNAS) 2008 (22-24/4) telah berakhir, hasilnya tinggal kita tunggu saja. Sembari menunggu hasil yang pasti akan lebih ‘histeris’, kita tengok ke belakang sekilas pelaksanaan UN 2008 di Indonesia Raya ini, khususnya di Solo dan daerah yang bisa saya rekam. Di sana ada hal positif karena ini ‘proyek’ pendidikan, namun hal sebaliknya pasti tidak lepas, karena setiap ‘proyek’ banyak peminatnya.

Soal UN membawa ‘Soal’:

Hal yang sangat diprediksi akan terjadi menjadi kenyataan, pelaksanaan UN 2008 menuai banyak persoalan, dari soal-soal UN itu sendiri sampai pada soal di lapangan. Soal di lapangan antara lain adanya praktek jual-beli lembar jawaban, pengerjaan soal UN oleh beberapa oknum kepala Sekolah yang dibantu belasan guru di Deli Serdang Sumatera Utara.

Di Solo dan kota lain, beberapa orang guru harus berurusan dengan pihak yang berwenang karena telah menjual Lembar Jawaban ujian tersebut, mayoritas mereka menjual via HP yakni melalui SMS, yang harganya berkisar antara Rp 100.000 ke atas.

Ada oknum guru yang jujur sengaja memberi jawaban kepada siswanya, karena memang dia sangat takut kalau siswanya gagal/tidak lulus. Bahkan ada guru yang meng’halal’kan nyontek, atau apapun caranya asal bisa lulus UN, ‘toh ini semua hanya rekayasa pemerintah‘, kilahnya.

Apa memang begitu, yaa…?

Ada pula kepala Sekolah yang sengaja menata posisi tempat duduk, dengan menempatkan siswa paling pintar sebagai ‘server’. Dengan kode tertentu ia akan membantu para siswa lainnya untuk menentukanjawaban di setiap soalnya.

Ini dia, baru kepala Sekolah yang ‘Cerdas’…

Kekhawatiran siswa, guru, wali kelas, Sekolah, orang tua, bahkan sampai kepala Kandep, puncaknya pak Mendiknas; sangat wajar, karena memang sistem telah didesain sedemikian agar kita takut pada keputusan kita sendiri.

Sampai kapan pun, slama karakter bangsa ini masih prestise-orinted, UN dan sejensinya akan tetap dan justru membawa persoalan yang lebih dan semakin parah.

UN di Assalaam-Solo:

Secara khusus saya akan cerita Ujian nasional 2008 bagi santri kelas VI PPMI Assalaam atau kelas XII MA, SMA dan SMK yang telah di laksanakan dengan lancar dan tiada aral yang berarti; Selasa-Kamis (22-24/4). Beragam cerita dari berbagai daerah juga mewarnai UN kali ini. Assalaam memiliki cara yang lazim yakni dengan menghijrahkan adik2 kelas ke lokasi yang tidak akan mengganggu jalannya UN. Kembar atau Kemah Akbar, santriwan di Tawangmangu dan Santriwati di Ngesrep Colomadu Boyolali.

Hal yang pasti di PPMI Assalaam, suasana menjadi istimewa karena penghuni pada maklum kalau kakak tertua sedang menghadapi ’perang badar’. Setelah dua hari dan sehari sebelumnya Kepala MA dan SMA memberikan sedikit bekal kepada seluruh calon peserta putra dan putri, malam harinya ada yang mudah sekali segera tidur, namun ada pula yang susah tidur.

Mereka yang mudah tidur karena memang merasa yakin sudah berusaha semaksimal mungkin, perkara bisa atau tidak, hanya Allah yang Maha Tahu. Sementara mereka yang sulit tidur mengaku sangat khawatir karena memang beban yang harus dipikul tidak sesederhana menghadapi soal-soal UN, lebih dari itu kalau gagal alias tidak lulus, maka rasa malu bercampur minder dan tidak pede selalu terngiyang dan menghantui setiap saat.

Pagi hari dengan dada dag-dig-dug, mulailah perang yang sesungguhnya. Di dalam ruangan rasanya sangat beda dibanding ketika KBM hari2 sebelumnya. Suasana serasa hening tapi angker… Kontan usai nggarap soal yang super sulit (matematika) , banyak peserta yang menangis. Bahkan peserta yang hari-hari biasa tampak ’kekar’ dan ’kebal rasa cengeng’, nyatanya tidak mampu membendung linangan air mata yang menetes dan membasahi pipi. Yaa Allah, hanya Engkau Yang Maha Tahu apa yang akan terjadi nanti..

Peserta UN 2008 AssalaamModel Pesantren, cara mengatur ruang dan jumlah peserta tidak sama dengan sekolah pada umumnya. Prinsipnya selama di pesantren antara santri putra dan putri wajib terpisah. Hadirnya UN membuat soal tersendiri, namun karena aturan, maka kelas menjadi bercampur. Lihatlah salah satu peserta di samping ini yang harus duduk di pojok dan dikelilingi peserta putri. Wah udah mikir saja pusing..moga ngak tambah grogi..

Mestinya, kelas model pesantren memisahkan antara putra dan putri dengan jelas, satu kelas berisi semua putra atau sebaliknya satu kelas berisi semuanya peserta putri. Tidak boleh mencampuradukkan antara putra dan putri. Nah kalau peserta di bawah ini mujur karena mereka seluruhnya adalah putra. Peserta UN 2008 AssalaamMari berlomba…siapa diantara kita yang kelak lulus UN, semoga kita semua lulus .amien…19x

Begitu pula dengan satu kelas atau satu ruangan yang seluruhnya putri, mereka beruntung juga, walau ini tidak lazim di dunia luar pesantren; meski berlabel Islam.

Akhirnya, 3 hari telah berlalu, kita akan tahu nasib kita masing-masing . Do’a seorang peserta UN 2008:

Satu ruangan : Seluruhnya peserta UN, putra

Hamba yakin akan keMaha Pemurah – Mu…, karena Engkau tidak mungkin memberi beban yang hamba tidak mampu:

لا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلا وُسْعَهَا

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. QS 2: 286.

UN di Assalaam

Satu ruangan : Seluruhnya peserta UN, putri

Beberapa kecurangan:

Ada seorang peserta yang mengatakan bahwa pengawas mestinya mengawasi namun ia malah mengoreksi / mengerjakan soal-soal UN. Anehnya, setelah selesai, pengawas ini mengatakan kepada kepada para peserta, ‘Agar kalian tidak tegang, saya mau keluar saja‘. Ngapain ya..?

Eh, ternyata usut punya usut, beliau membawa HP, tapi malu n takut ketahuan peserta, makanya beliau keluar dan sms – san. Entah sms ke siapa, yg pasti itu terjadi setelah mengerjakan soal UN bahasa Inggris. Untung gak ketahuan kepala sekolah. Ya, kita2 pingin baiknya aja, walau udah perlakukan gak adil…

Menguji Kualitas Bangsa:

UN ternyata membawa bencana bagi penegakan moral dan integritas bangsa ini…Kalau UN harus dilaksanakan dengan alasan untuk menguji kualitas SDM bangsa, mbok ya lewat jalan lain saja, misal lewat SPMB yang digratiskan alias dibiayai pemerintah, kan tidak mengorbankan siswa SMA yang udah capek2 sekolah 3 tahun, harus sangat takut dan khawatir memikirkan masa depan yang belum jelas ini, karena sekedar ditentukan oleh soal selama 3 hari saja. Kasihan deh, 3 siswa berikut:

 selama 3 hari, 3 Peserta UN demi 3 tahun Sekolah

Toh nomenklatur yang sekarang SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru), menggantikan istilah lama- UMPTN, dan entah nanti akan diganti apa lagi, tetapi yang pasti itu semuanya adalah sarana untuk menyaring calon mahasiswa yang layak duduk di bangku PTN. Mereka yang lolos masuk PTN, bukankah ini sampel bagi kualitas SDM di negeri ini..? Bukankah model SPMB ini sudah berskala nasional karena soal dan pelaksanaannya serentak di seluruh wilayah Indonesia yang terbagi dalam beberapa rayon..? Bukankah cara ini justru lebih mudah dan bisa diterima semua pihak..? Bukankah cara ini lebih aman, karena tidak memicu lebih banyak kecurangan..?

Bukankah 56 PTN telah sepakat selenggarakan seleksi secara Nasional..?

Monggo kerso, terserah pengambil kebijakan di negeriku tercinta ini…

Saya sepakat UN/UNAS ada, karena fakta membuktikan; semangat belajar siswa luar biasa tingginya.

Saya hanya menyayangkan kalau alasan UN/UNAS sekedar mencari cara menentukan kualitas SDM bangsa…entah siapa yang bilang hal smacam ini…

Majulah bangsaku, majulah generasiku, …

3 tanggapan untuk “UN/UNAS 2008: 3 hari demi 3 tahun

  1. lulus semua ni pasti…… hari ini pengumumannya ‘kan…… by the way, ngeliat foto-foto di atas, jadi ingat atmosfir masa UAN-ku dulu. begitu mengharu biru ^.^

    Suka

  2. saya kemaren jadi pemantau independent Ustad, kalo ada kecurangan kenapa ndak dilaporkan saja? sekarang jamannya ujian dengan fair.
    Oia, Ustad, uang bener tuh 3 hari demi 3 tahun, atau 3 tahun demi 3 hari Tadz? hehehehehehe…… 🙂
    jadi inget jaman susah dulu T_T

    Suka

Tinggalkan komentar