Kiblat Bukan Menghadap ke Ka’bah..?

Inilah sepenggal kalimat simpel dari seorang Ulama Indonesia sekaligus Wakil Ketua Komisi Fatwa MUI, Prof. Ali Musthafa Ya’kub (yarhamhu Alloh) pada tayangan Seputar Indonesia di RCT, Sabtu 23 Januari 2010 sekitar jam 12:15 siang waktu Solo. Pasalnya, arah kiblat yg selama ini diperjuangkan demi sempurnanya sholat, tiba2 menjadi terpatahkan….

Ta’rif Kiblat:

Kiblat adalah kata Arab (قبلة) yang merujuk arah yang dituju saat seorang Muslim mendirikan sholat, dan ibadah semisal menyembelih hewan qurban, berdo’a dan sejenisnya.

Pada mulanya, kiblat mengarah ke Yerusalem. Menurut Ibnu Katsir, Rasulullah SAW dan para sahabat shalat dengan menghadap Baitul Maqdis. Namun, Rasulullah lebih suka shalat menghadap kiblatnya Nabi Ibrahim, yaitu Ka’bah. Oleh karena itu beliau sering shalat di antara dua sudut Ka’bah sehingga Ka’bah berada di antara diri beliau dan Baitul Maqdis. Dengan demikian beliau shalat sekaligus menghadap Ka’bah dan Baitul Maqdis.

Setelah hijrah ke Madinah, hal tersebut tidak mungkin lagi. Beliau shalat dengan menghadap Baitul Maqdis. Beliau sering menengadahkan kepalanya ke langit menanti wahyu turun agar Ka’bah dijadikan kiblat shalat. Allah pun mengabulkan keinginan beliau dengan menurunkan ayat 144 dari Surat al-Baqarah:

Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan (Maksudnya ialah Nabi Muhammad SAW sering melihat ke langit mendoa dan menunggu-nunggu turunnya wahyu yang memerintahkan beliau menghadap ke Baitullah).

Juga diceritakan dalam suatu hadits riwayat Imam Bukhari:

Dari al-Bara bin Azib, bahwasanya Nabi SAW pertama tiba di Madinah beliau turun di rumah kakek-kakek atau paman-paman dari Anshar. Dan bahwasanya beliau shalat menghadap Baitul Maqdis enam belas atau tujuh belas bulan. Dan beliau senang kiblatnya dijadikan menghadap Baitullah. Dan shalat pertama beliau dengan menghadap Baitullah adalah shalat Ashar dimana orang-orang turut shalat (bermakmum) bersama beliau. Seusai shalat, seorang lelaki yang ikut shalat bersama beliau pergi kemudian melewati orang-orang di suatu masjid sedang ruku. Lantas dia berkata:

“Aku bersaksi kepada Allah, sungguh aku telah shalat bersama Rasulullah SAW dengan menghadap Makkah.”

Merekapun dalam keadaan demikian (ruku) merubah kiblat menghadap Baitullah. Dan orang-orang Yahudi dan Ahli Kitab senang beliau shalat menghadap Baitul Maqdis. Setelah beliau memalingkan wajahnya ke Baitullah, mereka mengingkari hal itu. Sesungguhnya sementara orang meninggal dan terbunuh sebelum berpindahnya kiblat, sehingga kami tidak tahu apa yang akan kami katakan tentang mereka. Kemudian Allah yang Maha Tinggi menurunkan ayat

“dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu” (al-Baqarah, 2:143).

Hal itu terjadi pada tahun 624. Dengan turunnya ayat tersebut, kiblat diganti menjadi mengarah ke Ka’bah di Mekkah. Selain arah shalat, kiblat juga merupakan arah kepala hewan yang disembelih, juga arah kepala jenazah yang dimakamkan.

Perhitungan geometris arah Qiblat

Dalam 1000 tahun terakhir, sejumlah matematikawan dan astronom Muslim seperti Biruni telah melakukan perhitungan yang tepat untuk menentukan arah kiblat dari berbagai tempat di dunia.

Setiap tahun ada dua hari dimana matahari berada tepat di atas Ka’bah, dan arah bayangan matahari dimanapun di dunia pasti mengarah ke Kiblat. Peristiwa tersebut terjadi setiap tanggal 28 Mei pukul 9.18 GMT (16.18 WIB) dan 16 Juli jam 9.27 GMT (16.27 WIB). Pada Tahun Kabisat, tanggal tersebut maju satu (1) hari, jadi menjadi tanggal 27 Mei pukul 9.18 GMT (16.18 WIB) dan 15 Juli jam 9.27 GMT (16.27 WIB).

Tentu saja pada waktu tersebut hanya separuh dari bumi yang mendapat sinar matahari. Selain itu terdapat 2 hari lain dimana matahari tepat di “balik” Ka’bah (antipoda), dimana bayangan matahari pada waktu tersebut juga mengarah ke Ka’bah. Peristiwa tersebut terjadi pada tanggal 28 November 21.09 GMT (4.09 WIB) dan 16 Januari jam 21.29 GMT (4.29 WIB)

Qiblat Universal:

Di titik koordinat (Bujur -140.1738763151514, Lintang -21.42254972927507) arah kiblat menjadi unik, sebab di daerah ini ke mana pun kita menghadapkan wajah ke situlah arah kiblatnya. Jadi kalau kita sholat di titik (wilayah) ini : ke barat, ke utara, ke selatan, ke manapun… itulah arah kiblatnya. Kok bisa yaa…coba cek pakai google earth pasti unik.

Kiblat Indonesia versi MUI:

Kalau letak Indonesia itu di timur Ka’bah, dan sholat menghadap ke barat sudah sah, apakah arah warna kuning ini yang dimaksud…?

Kalau benar, maka arah kiblat orang Indonesia dengan bantuan peta Google Earth ini akan menyimpang minimal 21° dan paling besar, sebesar 26°. Padahal kesahalan sebesar 1° dari posisi Ka’bah berada, maka arah kiblat akan menyimpang sekitar 111 km.

Batas Arah Kiblat di Indonesia
Batas Arah Kiblat di Indonesia

Jadi kalau dipaksakan menghadap ke barat sudah cukup dan tidak ada upaya mencari dan menemukan arah yang benar, minimal mendekati; maka kesalahan arah kiblat akan menyimpang sejauh:

21° x 111 km = 2.331 km, untuk wilayah utara, dan

26° x 111 km = 2.886 km, untuk wilayah selatan.

Ingat panjang pulau Jawa adalah sekitar 1.000 km. Jadi bila Ka’bah berada di Jakarta, maka arah kiblat menjadi menuju ke Timor Leste atau ke Laut Arafura…!!!

Bila Kiblat itu ke Barat
Andai... Kiblat itu ke Barat

Link terkait:

16 tanggapan untuk “Kiblat Bukan Menghadap ke Ka’bah..?

  1. Sy agak heran kok pendapat Ulama itu mirip koment saya yg dulu, Pak Ar..Jgn2 bliau nge-fans ama blok Anda ini..hehe.
    Btw, ada lg yg terpikir oleh saya selain makna simbolis Kiblat, yaitu, apakah gelombang doa sholat dll.. itu dianggap merambat mengikuti kelengkungan bumi? Bumi bulat…tidak terhampar pipih..Garis pada google earth itu bakalan lengkung..bukannya lurus..
    Jika kiblat ada sejarahnya dan berhubungan dengan preferensi Rasulullah yang notabene masih manusia dgn segala atribut budaya dan keterbatasan peradaban wkt itu..sy masih yakin lebih aman untuk menganggap kiblat sebagai sesuatu yg simbolik.. Indah sekali berbeda pendapat dalam kedamaian yaa.. Salam selalu.

    Senang dapat kunjungan orang cerdas. bisa2 saja…he he
    Saya sependapat saja, hanya saya lebih berfikir ke arah real saja. coba kalau kita baca QS.2 ayat 144, 149 dan 150; hanya ini ayat kiblat itu. MENGAPA KIBLAT DIPINDAH..? (dari palestina ke mekkah).
    Saya menemukan jawabannya setelah berkutat dgn ilmu falak ini.
    yakni bahwa
    1. Koordinat Palestina sekitar 31deg 46mnt LU, sementara koordinat Mekkah sekitar 21deg 25ment LU. Matahari saat melintas utara-selatan (gerak semu tahunan), maksimal hanya pada koordinat 23,5 LU. Ini artinya Matahari melintasi Mekkah dan tidak sampai dan tidak pernah ke Palestina.
    2. Jadilah kita bisa menggunakan metode bayangan matahari untuk menentukan arah kiblat, MUDAH dan MURAH, namun PRESISI. Hal ini mustahil, bila kiblat masih di palestina.
    3. Simbol namun real, kira – kira gitu….
    salam….

    Suka

  2. Fawaalli wajhaka syathral Masjidil Haraam… disebut 3x berturut-turut. Itu artinya shalat menghadap ke arah Masjidil Haram/Ka’bah itu amat penting!…..
    Sayang, fatwa yang dikeluarkan MUI jauh dari mencerahkan dan mencerdaskan umat. Saya yakin Pak Mushthofa Ya’qub dan para anggota MUI yang lain juga gak bakal mau shalat menghadap ke arah BARAT, karena resikonya ia menghadapkan wajahnya bukan KE ARAH MASJIDIL HARAM/KA’BAH, tetapi SYATHRAL AFRIQIYYUUN ke arah benua hitam Afrika (Ethiopia, Somalia atau bahkan Uganda) he he he ….
    Mbok kasih pendapat tu yang mencerdaskan, pak Kiyai !!!

    Suka

  3. “Barang siapa menyerahkan suatu urusan kepada bukan ahlinya maka tunggulah kehancurannya”

    Bapak ulama itu sudah termakan sama egonya, sehingga ketika menyampaikan tidak bisa menjelaskan dasrnya dan asal bicara. Sebenarnya tidak ada perubahan arah kiblat… dari dulu arahnya sama. Cuman secara fisika posisi kita relatif tidak mengarah kesana, sehingga perlu diperbaiki. Dan ketika ilmu pengetahuan telah sampai pada solusi, maka tidak perlu dibantah lagi. Ini justru akan menimbulkan kemudharatan. Seolah ulama itu mempertahankan sesuatu yang telah difatwakan, padahal tidak benar…

    Jangan-jangan kalau ada pertanyaan seperti Ini : siapa tuhannya orang kristen?? Beliau akan menjawab Yesus Kristus. Padahal jawaban yang benar untuk pertanyaan tsb bahwa Tuhannya orang kristen adalah Alloh SWT, sedangkan yang mereka pertuhankan adalah yesus (Isa), karenanya mereka jadi disebut kafir. ini hanya analogy saja, terkadang seseorang apabila lebih mengutamakan egonya akan melupakan akal sehat dan meninggalkan hal-hal yang menjadi prinsip (prinsipil). Prinsipnya kiblat itu arah mekah, bukan barat. karena kita tidak satu garis lintang dengan ka’bah. dan lagipula ukuran ka’bah relatif kecil. jadi bergeser satu meter dengan jarak tertentu akan merubah sudutnya.

    Suka

  4. Dalam hal ini kita tidak boleh menghukumi yang ini benar yang itu salah. Dalam hal perbedaan pendapat kalau masing-2 mempunyai argumen diperkuat dengan dalil baik itu dari tekstual atau penggunaan akal didukung ilmu pengetahuan dan teknologi itu sesuatu hal yang wajar. Sekarang tergantung kita mau mantap memilih pendapat yang mana. Jadi tidak perlu kita salah menyalahkan. Apalagi yang kita salah itu beberapa orang yang ahli ilmu yang faqih dalam bidangnya. Semoga adanya perbedaan-2 membuat kita semakin dewasa dan tetap damai bahagia.

    Suka

  5. assalamualaikm wr, wb. bp… klo masalah Fatwa mem Fatwa siapa saja bisa?? tpi klo masalah kiblat(ka’bah) harus d’musyawarah kan klo diNU itu ada Muktamar, Munas dan Konbes klo diMUHAMMADIYAH itu ada Tarjih… jd harus dimusyawarahkan. jangan langsung d’putuskan ini kan membuat umat atau masyarakat binggung…..!!

    Suka

  6. Assalamu ‘alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh

    untuk permasalahan kiblat, antum antum dapat mendengarkan penjelasan dari ustazd Abu Thahir LC di sini

    http://salafiyunpad.wordpress.com/2010/07/20/download-audio-polemik-arah-kiblat-ust-abu-thahir-lc-penting/

    semoga bermanfaat
    wassalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh

    asykurukum akhii, saya juga mendapat pencerahan dari ikhwah salafy di malang, ini link selengkapnya https://pakarfisika.wordpress.com/2010/07/17/arah-kiblat-pengukurannya/

    salam…

    Suka

  7. Berarti berdasar ayat albaqarah ayat 144 di atas Rasul biasa shalat menghadap ke langit begitu ya bro?

    lantas kenapa di ayat lain dinyatakan kiblat asalnya adalah Bait-Maqdis?

    hayooo gimana tu.

    baru baca yg ini ya…lainya juga donk…!

    Suka

Tinggalkan komentar