Meng-HISAB & RUKYAT: Awal Ramadhan 1435 H

Me-Rukyat Hilal
Meng-Hisab&Rukyat Hilal

Awal puasa tahun 1435 H atau 2014 ini diprediksi akan kembali berbeda, khususnya bagi ummat Islam di Indonesia. Berdasar kriteria masing-masing, saya prediksikan bahwa Taroqah Naqsabandiyah akan memulai puasa pada 26 Juni, Jamaah An-Nadzir 27 Juni, Muhammadiyah 28 Juni  dan Pemerintah RI pada 29 Juni 2014. Namanya saja Ijtihad… 🙂

KONJUNGSI / IJTIMAK:

Secara astronomis (bahasa saya, secara hakikat alam semesta) kelahiran Bulan baru (new moon) itu adalah saat ijtimak (konjungsi), yaitu saat Bulan dan Matahari segaris bujur langit bila dilihat dari Bumi. Fenomena ini bukanlah awal bagi masuknya bulan baru (new month) dalam kaitannya dengan kelender atau penanggalan. Bulan baru dimulai bila sudah terpenuhi beberapa prasyarat. Khusus masuknya awal Ramadhan dan Syawwal serta Dzulhijjah, maka ummat Islam mengacu kepada tuntunan Al-Qur’an dan Al-Sunnah.

Garis besar permulaan awal bulan dalam Islam adalah telah terlihatnya anak bulan yang oleh Rasulullah SAW disebut sebagai Hilal. Dalam pengamalan selama hidup Rasulullah, maka keterlihatan anak bulan (hilal) harus dilihat di lapangan (observasi). Setelah melakukan proses observasi dan ternyata hilal terlihat, maka sesaat setelah melihat itulah awal bulan (new month) dimulai. Bila pada saat observasi ternyata hilal tidak terlihat, maka sesaat setelah observasi adalah hari terakhir di bulan berjalan, dan hari berikutnya adalah awal bulan baru.

Keterlihatan hilal bagi Rasulullah SAW adalah sesuatu yang mutlak karena dengan cara itulah Rasulullah dan ummatnya dapat memastikan adanya fenomena alam yang kini disebut sebagai ijtimak atau konjugsi. Keterlihatan hilal pada saat Matahari terbenam di ufuk barat akan menjadi dasar untuk mengetahui adanya fenomena alam yakni ijtimak. Dan secara astronomis, fenomena ijtimak adalah batas antara bulan sebelum dan sesudahnya. Sebagai misal, ijtimak akhir ya’ban adalah batas antara akhir bulan Sya’ban dan awal bulan Ramadhan.

Meng-HISAB,dan RUKYAT Hilal
Meng-HISAB,dan RUKYAT Hilal

Untuk mengetahui kapan terjadinya ijtimak, Rasulullah SAW memilih tidak menggunakan cara menghitung tetapi dengan cara melakukan observasi. Bila Rasulullah SAW melakukan dengan cara menghitung, kondisi ummat saat itu belum ‘siap’ karena berbagai kendala yang akan dihadapi ummat kala itu. Dan cara yang paling mudah sesuai kondisi ummat saat itu adalah dengan melakukan observasi.

Hal ini senada dengan sabdanya,

“Sesungguhnya kami adalah ummat yang ummi; kami tidak menulis dan tidak menghitung. Bulan itu adalah demikian-demikian (=bisa 29 hari, dan bisa 30 hari).” (Al-Bukhari, II:281, dll).

Mengapa observasi hilal awal bulan di ufuk barat? Karena semua gerakan alam bila diamati dari muka Bumi (khususnya Bulan dan Matahari), semuanya akan terbenam di ufuk barat. Dan hilal yang juga terbenam di ufuk barat, semakin hari kian semakin bertambah besar fase iluminasinya. Fase Bulan ini akan semakin membesar sampai fase Purnama, kemudian berlanjut hingga berakhir pada fase Bulan mati yang ditandai dengan kemunculan fase anak Bulan akhir lunasi (‘urjun al-qadiim=tandan tua).

“Dan telah Kami tetapkan bagi Bulan manzilah-manzilah (fase ilumniasi) nya, sehingga (setelah dia sampai ke manzilah yang terakhir) kembalilah dia sebagai bentuk tandan yang tua”. (QS.36-Yaasiin:39)

Berdasar kepada pemahaman inilah kiranya ummat Islam berkeyakinan kapada cara menentukan awal bulan baru pada hakikatnya tinggal mengetahui kapan ijtimak terjadi. Cara mengetahui adanya fenomena ijtimak saat ini dapat dilakukan dengan dua cara: observasi dan menghitung. Setelah mempertimbangkan berbagai kelebihan dan kekurangan masing-masing, ada yang menjatuhkan pilihan pada cara menghitung (hisab), dan ada juga yang tetap menerapkan cara melihat (rukyat).

==============================

HISAB AWAL RAMADHAN 1435 H:

==============================

Hasil Hisab versi SNP 6.4.3
Hasil Hisab versi SNP 6.4.3

Bagaimana cara menentukan awal Ramadhan 1435 H dengan cara HISAB? Sebagai gambaran, mari kita mencoba melakukan hisab secara sederhana. Aplikasi yang bisa kita pakai adalah Accurate Times (silakan unduh di http://www.icoproject.org/accut.html). Boleh saja menggunakan aplikasi yang lain, selama algoritma yang digunakan sudah memenuhi standar hakiki (kontemporer). Aplikasi AT ini disusun oleh Astronom Muslim asal Yordania, Mohammad Syaukat Audah.

Langka-langkahnya sebagai berikut:
1. Buka Aplikasi Accurate Times
2. Setting Lokasi,misal Masjid Agung Yogyakarta
3. Masuk Menu Crescent Visibility

4. Hasil dari hisab Ramadhan 1435 H sebagai berikut:

Markas  : Yogyakarta Indonesia, (B=110° 21′ 49″, L =-07° 48′ 13′, Elev:104 m, Zone:7)
Konjungsi : 27 Juni 2014, pukul 15:08 WIB
Sunset     : 17:33 WIB
Moonset : 17:36 WIB
Tinggi Hilal : +00° 40′ 18″ (00,7°)

Dari data ini, maka status hilal pada hari terjadinya ijtimak sudah positif. Sehingga awal Ramadhan 1435 H akan jatuh pada 28 Juni 2014.

Woro-woro…!

Secara Hisab, tinggi Hilal pada Jum’at 27 Juni 2014 wilayah Indonesia terbelah menjadi dua:

Wilayah Barat –> POSITIF

Wilayah Timur –> NEGATIF

==============================

RUKYAT AWAL RAMADHAN 1435 H:

==============================

Proses Rukyat Hilal
Belajar Rukyat Hilal

Selanjutnya, bagaimana cara kita menentukan awal Ramadhan 1435 H dengan cara Rukyat?

Langkah pertama sama persis dengan cara HISAB di atas. Langkah berikutnya menggunakan data tersebut untuk memandu pelaksanaan rukyat. Data hisab di atas lah yang akan menjadi patokan atau acuan untuk kita melakukan rukyat di lapangan.

Kapan waktunya Rukyat?

Berdasarkan data hisab di atas, maka konjungsi terjadi pada Jum’at 27 Juni 2014 pukul 15:08 WIB. Dari data ini maka waktu untuk melakukan Rukyat Hilal adalah pada hari Jum’at, tgl 27 Juni 2014.

Di mana lokasi Rukyat?

Lokasi melakukan Rukyat Hilal adalah di mana saja, asal dapat melihat Matahari terbenam di ufuk barat meski ada gunung dan bangunan atau gedung, asal tinggi gunung atau bangunan gedung tidak melebihi tingginya ufuk mar’i ditambah tinggi minimal Hilal dapat teramati secara sains atau biasa disebut Limit Danjon (kini 6,4 derajat).

Alat Rukyat?

Alat yang diperlukan untuk melakukan Rukyat adalah Teleskop ciptaan Allah SWT, yakni mata kita ini…

Bila ada alat bantu, semisal Binokuler atau Teleskop sangat membantu. Tetapi alatsecanggih apapun saat ini belum ada yang mampu menembus awan. Jadi kalau ufukk barat sedang ditutupiawan, maka misi Rukyat Gagal.

Hasil Rukyat?

Ketika Rukyat dihari Konjungsi atau Ijtimak GAGAL, maka hitungan tanggal digenapkan dan Sabtu 28 Juni 2014 masih bulan Sya’ban 1435 H. Nah, ke esok kan harinya yakni Ahad, 29 Juni 2014 adalah tanggal 1 Ramadhan 1435 H; meski misal dilakukan rukyat lagi dan misi Rukyat juga gagal….

Karena syari’at Rukyat hanya sekali di hari Ijtimak. Hari berikutnya Rukyat hanya untuk pendidikan saja.

Bila misi Rukyat di hari pertama (saat Konjungsi, Jum’at 27 Juni 2014) BERHASIL, maka selepas maghrib itu sudah merupakan tanggal baru yakni 1 Ramadhan 1435 H.

Jadi hasil dari prosesi Rukyat Hilal ada dua:

  1. Berhasil, hari (petang) itu juga masuk tanggal baru, 1 Ramadhan 1435 H
  2. Gagal, hari (petang) itu juga sebagai hari terakhir bulan Sya’ban 1435 H. Dan hari berikutnya, sudah pasti 1 Ramadhan 1435 H (setelah digenapkan -ditunda- sehari)

Woro-woro…!

Rukyat Hilal tgl 27 Juni 2014 di Indonesia MUSTAHIL BERHASIL

Sebab tinggi Hilal masih di bawah 1 derajat (sekitar 0° 36′ 32″) di markas Pelabuhan Ratu – Jawa Barat. Atau di wilayah lain di Indonesia, jauh di bawah 1°.

Semoga bermanfaat… dan tetap semangat serta mari ukhuwwah dipererat..!

3 tanggapan untuk “Meng-HISAB & RUKYAT: Awal Ramadhan 1435 H

  1. Terimakasih Pak Informasinya. Sebagai informasi juga di Taiwan sudah ada Imsakiyah yang memulai puasa pada tgl 28 Juni, Ga tahu ikut mana. wujudul hilal juga bukan karena hilal masih di bawah ufuk di Taiwan.

    Suka

  2. Ada satu fenomena alam yang menunjukkan telah terjadi ijtima’ dan dapat dilihat dengan jelas oleh penduduk bumi di daerah tertentu yaitu : gerhana matahari. Pada masa Rasulullah saw pernah terjadi gerhana matahari dan beliau tidak mengatakan bahwa itu adalah tanda telah masuk bulan baru. Beliau hanya mengatakan bahwa gerhana matahari tidak berhubungan dengan wafatnya seseorang. (Hadits Bukhari kitab 17. Gerhana).
    Dari hadits yang lain, yang disampaikan sebagai tanda masuknya bulan baru (new month) adalah hilal.
    Apakah hilal itu ? Hilal adalah sebagian kecil dari cahaya matahari yang diterima bulan dipantulkan ke arah pengamat di permukaan bumi yang saat itu sedang maghrib. Berapa jarak sudut bulan-matahari dilihat dari bumi sehingga ada seberkas sinar yang menuju ke mata pengamat ? Rekor dunia yang dipegang oleh Thierry Legault besar sudut elongasi bulan-bumi-matahari adalah 4,55 derajat.

    Suka

Tinggalkan komentar