MUI menelorkan satu lagi karyanya, yakni Fatwa tentang Arah Kiblat. Fatwa ini tiba2 menjadi tenar lantaran Kementrian Agama dgn BHRnya sudah lama melakukan sosialisasi terkait Arah kiblat. Berikut tanggapan dan komentar seputar Fatwa MUI 03/2010 tentang Arah kiblat, yang saya sajikan dari status di FB.
Diktum Fatwa
Tentang diktum dari fatwa MUI No. 03 Tahun 2010 tentang Kiblat disebutkan, pertama, tentang ketentuan hukum. Dalam kententuan hukum tersebut disebutkan bahwa: (1) Kiblat bagi orang shalat dan dapat melihat ka’bah adalah menghadap ke bangunan Ka’bah (ainul ka’bah). (2) Kiblat bagi orang yang shalat dan tidak dapat melihat Ka’bah adalah arah Ka’bah (jihat al-Ka’bah). (3). Letak georafis Indonesia yang berada di bagian timur Ka’bah/Mekkah, maka kiblat umat Islam Indonesia adalah menghadap kea rah barat.
Kedua, rekomendasi. MUI merekomendasikan agar bangunan masjid/mushalla di Indonesia sepanjang kiblatnya menghadap kea rah barat, tidak perlu diubah, dibongkar, dan sebagainya.
tugas Kemenag semkian berat….mari cerdaskan Ummat…!
mungkin juga perlu kita ubah dikit cara penyampainnya…sementara ini, yang terdengar lebih keras adalah harus mengubah/membongkar masjid, padahal kan cukup dengan mengubah posisi sajadah di masjid, cukup mengkoreksi kesalahan.
ini pendapat saya, tolong dkoreksi juga
Coba kalau mbongkar fisik, khan bisa berabe.
Syukron… Bang Yudhi… 🙂
Udah ke BARAT saja….biar repot.. he he
Sebenarnya MUI tu ngak mau aja memperbaiki kiblat yg udah salah… kalau mau ngak usah pake kompas, cukup diumumkan aja sejak seminggu yg lalu bahwa Jumat, 28 Mei 2010 pkl 16:18 WIB atau ntar 16 Juli 2010 pkl 16:27 WIB hari memperbaiki arah kiblat.. Tapi nyata’a upaya ini malah dianggap sbgai gangguan terhadap ummat Islam. Aneh…..
Caranya? Cari aja arah timur, arah barat adalah kebalikannya. Gitu aja kok repot…. *(niru Gus Thobary). 😦
Moga2 ada hikmahnya! Salam.
Sabar dan tetap dewasa, kita cerdaskan ummat.
@Dawam: seperti di blog saya https://pakarfisika.wordpress.com/2010/03/23/arah-kiblat-vs-kaum-sufahaa/
صلاه بالتقليدLihat kitab Majmu’ Syarah Muhadzdzab juz 3 halaman 206: … Lihat Selengkapnya
و لو ترك القادر على الاجتهاد و قلد مجتهدا لم تصح صلاته و ان صادف القبلة لأنه ترك و ظيفته فى الاستقبالKesimpulannya: MUI yg bukan ahli kiblat (ahli ilmu falak) itu hrs mengikuti kepada org yg ahli kiblat meskipun yang diikutinya itu seorang abid atau perempuan.
Seandainya seorang ahli kiblat tidak mengamalkan ilmunya dan ia mengikuti kepada orang lain misalnya MUI, maka tidak sahlah shalatnya meskipun kebetulan kiblatnya itu tepat. Alasannya karena ia meninggalkan tugasnya dlm menghadap kiblat.
Masih banyak lagi lho dalil2nya ttg arah kiblat. Udah ya segitu aja aya !!. Soalnya oweh pegel n cape niiih. Ntar penyakit tipus oweh kambuh lagi lhooo … Hehehe … Gitu aja kok repot sih !!
Jadi bingung: barat itu selebar apa ya? Kalau antara barat dan utara namanya barat laut. Terus antara barat laut dan barat apakah namanya masih barat?
(Apalagi kata ustadz Thobary kalau pas ke barat pun justru salah. Malah nyampe ke Tanzania). Wuih…. jadi memang harus pake ilmu falak. Biar nggak bingung.
Dikasi tau mengukur yang benar kok ngga mau ya…
menyedihkan sekali …extreemmya Umat Islam kok dianjurkan tahu .. HANYA tahu Utara, Timur,Selatan, dan Barat aja… primitip banget…
Pengukuran presisi adalah parameter kemajuan teknologi…, kalo ngga presisi… ya ngga maju teknologinya……. sekarang ada GPS, GoogleEarth dsb…., masa cuma tahu KOMPAS doank patokannya???
Malu malu in ah kok Umat Islam Gaptek! di jaman blekberian 😦 … Lihat SelengkapnyaKalo dari sisi pandang ilmu fisika, menentukan arah itu salah satu parameter penting, terutama perhitungan2 yang mellibatkan besaran2 vektor. Penentuan arah kiblat yang benar merupakan salah satu hikmah dari perintah Sholat, yaitu Islam sangat peduli dengan pengembangan Matematika dan Sains. Pengukuran / mengukur adalah kegiatan ibadah!.. dalam rangka menyempurnakan ibadah… tidak hanya mengukur arah kiblat saja, tapi juga mengukur waktu sholat(adzan) yang tepat di lokasi tertentu di Bumi ini.
Menurut saya penafsiran” Islam itu mudah bukan mempersulit”… lebih tepatnya bahwa Islam itu memanfaatkan ilmu Matematika dan Sains untuk memudahkan beribadah. Ilmu itu untuk mempermudah. bukan mempersulit….:)… hanya orang2 MALAS yang mengaggap sulit karena tidak mau mengukur dengan benar.
dan MALAS itu bukan sifat sikap yang Islami…
Surah (13) Ar-Ra’d ayat: 8
8. Allah mengetahui apa yang dikandung oleh setiap perempuan, dan kandungan rahim yang kurang sempurna dan yang bertambah. Dan segala sesuatu pada sisi-Nya ada UKURANnya.
Surah (15) Al-Hijr ayat: 19
19. Dan Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung dan Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut UKURAN.
Surah (54) Al-Qamar ayat: 49
49. Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut UKURAN.
semoga MUI dapat menerima kritik dari umat islam Indonesia….Jangan sampai TVone menggelar acara debat masalah penentuan arah kiblat deh… TVone juga ngompor2in hihihi…
Thank you forward
I wish to Indonesia progress and stability Valeisselam
SukaSuka
tahu dari mana mas,,??
dukun yaK,,??wkwkwk
SukaSuka
aslmkm pak, mboknya nulisnya di WP aja, baru dipindahin ke FB 😀
SukaSuka
masih perlu belajar dari master blog ini nih
postingannya sangat informatif bro,…Terimakasih
Bandwidth Kecepatan Internet Unlimited
Ready Stock
SukaSuka
sekiranya kita melihat orang sedunia bersamaan melahsanakan shalat dengan menghadap ka’bah, maka kita akan melihat sebuah lingkaran besar yang rapi. akan tetapi jika di indonesia cukup menghadap ke barat, maka kita akan melihat lingkaran itu akan gepeng dan tidak teratur dan boleh jadi akan ada yang hampir saling bertatapan dari samping, atau berdampingan agak saling membelakangi
SukaSuka
Ga perlu kita mempersoalkan arah kiblat harus tepat, yang penting kan niat kita. Toh, sangat ga mungkin kiblat bisa tepat, gempa, dan bencana yang sering terjadi membuat bumi bergeser. itu juga berpengaruh ke arah kiblat. kapan mulai sholat kalau masalah arah kiblat saja kita masih ragu tepat apa tidak?!
SukaSuka
Yang jelas fatwa MUI tersebut tidak mencerdaskan dan tidak menghargai ilmu pengetahuan. Membaca Opini Republika karya Pak Mushthofa Ya’qub, Jum’at 4 Juni 2010, saya sebagai umat sedih…. Kok ngotot sekali mempertahankan yang salah. Hal yang sederhana dan mudah kok dibuat njelimet oleh kyai kita ini ….
SukaSuka
hdp nich hrs berpacu pada al-Qur’an & hadist.baca ja dri situ ke arah mna kiblat itu. yg pst g bleh niat ke arah barat.
DOSA !!!!!!!!!!!!!
SukaSuka
Saya sependapat dengan Yudhiakto Pramudya. Barangkali maraknya penolakan thdp penyempurnaan arah kiblat dikarenakan tidak paham dengan langkah yang harus dilakukan (mereka menganggap cara menyempurnakan arah kiblat ya dengan membongkar masjid). Paling tidak ini yang muncul di media elektronik. Sempat muncul pula anggapan bahwa arah kiblat bergeser, yang disebutkan akibat gempa, pergeseran lempeng, dll. Bahkan teman guru geografi saya sempat sangat berapi-2 menujukkan peta bahwa bisa jadi letak geografis kota Makkah telah bergeser.
Menurut saya, inilah anggapan mayoritas masyarakat kita, yang justru sangat penting untuk ‘digarap’ lebih dahulu. Wallahu a’lam….
SukaSuka
arah kiblat kita bukan ke Barat,,,, Barat itu menghadap Afrika (somalia, etopia dkk) bukan juga ke Barat Laut tepat…. Tetapi sekitar 21-25 derajat dari Barat ke Utara tergantung daerah masing2… Tanya kan kepada BHR Kementerian Agama…(dr Anggota BHR)
SukaSuka
menyongsong datangnya bulan Romadhon, mari kita mempersiapkan diri untuk hati yang lebih bersih dan rasa saling menghormati. mohon maaf kalau komentar ini sekedar menyapa, tidak sesuai dengan isi postingan 22:10
SukaSuka
Ups… katanya arah kiblat berhubungan jg dg arah membujurnya makam. Klo makam2 yg dianggap keramat di tanah air “ga nggeser sendiri” mengikuti “kiblat baru” gmana tuh? Makamnya yg kurang keramat atau ada penolakan dr penghuninya? hehehe.. just kidding.
Mgk tokoh2 MUI blm sempat bpikir ekses2 sertifikasi kiblat ini. Bliau2 dah terlanjur bingung&keder. Bayangkan aja klo pakar2 fisika (tmasuk Pak Ar) mengajukan itung2an ilmiah, (segitiga bola, azimut, google earth..dll) kepada tokoh2 MUI yg notabene (prediksi saya) bukan sebangsanya golongan yg suka itung2an matematika..
Saya sendiri beranggapan bhw kesamaan arah kiblat itu penting demi persatuan umat saja (tak ada efek thd kesempurnaan ibadah kita, toh semua arah milik Allah). Satu hal yg saya soroti dan saya sesalkan adalah adanya kekurangwaspadaan kaum ilmuwan muslim ttg konsep GEOSENTRIS dan konsep BUMI DATAR yg sampai sekarang masih terbawa secara tak sengaja. Mari kita akui dulu bahwa abad kehidupan Rasulullah dan awal perkembangan Islam berada dalam lingkungan dua konsep kuno di atas. Salam.
SukaSuka